Masyarakat Diimbau Waspada Kasus African Swine Fever

Sri Mulyo
Masyarakat Diimbau Waspada Kasus African Swine Fever
Ilustrasi

Terastangerang.com,- Sejak tahun lalu, beberapa wilayah di Indonesia terjadi kasus African Swine Fever (ASF) yang menyerang hewan babi.

Menanggapi hal tersebut Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang melalui Dinas Ketahanan Pangan (DKP) memastikan bahwa Kota Tangerang aman dari kasus ASF.

Kepala Bidang Pertanian DKP Kota Tangerang drh. Ibnu Ariefyanto menuturkan, di Kota Tangerang terdapat tujuh titik penampungan babi yang terletak di Kecamatan Neglasari. Setelah melakukan proses pemeriksaan, seluruh babi yang ada di Kota Tangerang dipastikan sehat dan tidak ada yang mengidap ASF.

“Untuk di Kota Tangerang karena tidak banyak yang mengonsumsi babi, jadi tidak ada peternakan babi melainkan hanya penampungan saja. Kami sudah melakukan pemeriksaan ke seluruh penampungan dan semua kondisi babi sehat,” kata Ibnu dalam keterangan tertulis yang diterima terastangerang.com, Kamis (2/1/25).

[bacajuga berdasarkan="category" judul="Baca Juga:" mulaipos="0" jumlah="1"]

Ibnu menjelaskan, selain pemeriksaan tim DKP juga memberikan imbauan bagi para penampung untuk tidak mengirim babi dari wilayah yang terindikasi ataupun terinfeksi ASF. Para penampung babi juga diberikan desinfektan untuk menjaga kebersihan kandang.

“Meskipun tidak ditemukan kasus ASF, kami tetap siaga dan waspada terhadap kasus tersebut. ASF sendiri juga tidak zoonosis atau dapat menular ke manusia. Hanya dapat menular ke babi lainnya saja. Untuk vaksin dan obat lainnya kami juga sudah menyiapkan,” ujarnya.

Ibnu berharap, tidak ada kasus ASF yang terjadi di Kota Tangerang. Ia juga menyampaikan bahwa Pemkot Tangerang menyediakan vaksin dan obat-obatan lainnya bagi hewan-hewan ternak secara gratis.

[bacajuga berdasarkan="category" judul="Baca Juga:" mulaipos="1" jumlah="1"]

“Silakan hubungi DKP Kota Tangerang untuk kebutuhan obat atau vaksin bagi hewan ternak seperti sapi, kambung, domba dan lainnya. Kami sediakan secara gratis. Mudah-mudahan, tidak ada kasus ASF di Kota Tangerang dan kasus penyakit hewan lainnya,” tutupnya.

Untuk diketahui, African Swine Fever (ASF) merupakan penyakit yang dihasilkan dari African Swine Fever Virus (ASFV) dan menyerang spesies babi untuk segala umur. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada sekitar tahun 1900 dan diduga berawal dari babi hutan yang kemudian menyebar pada ternak babi.

Hingga kini, penyakit ini sudah menyebar ke berbagai negara-negara Eropa dan Asia. Di Asia sendiri penyakit ini ditemukan pertama kali di Iran pada tahun 2010.

China melaporkan kasus pertama penyakit ini pada 2018. Hingga saat ini negara-negara di Asia Tenggara sudah banyak yang melaporkan kasus ASF.

Di Indonesia sendiri kasus pertama muncul pada tahun 2019 di beberapa kabupaten daerah Sumatera Utara. Penyakit ini mampu menyebabkan dampak ekonomi yang cukup signifikan bagi negara yang memiliki populasi babi yang tinggi.

Bagaimana Dampaknya Pada Ternak Babi?

African Swine Fever memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada ternak babi. Namun, Penyakit ini tidak menular terhadap manusia. Gejala dari penyakit ini pada ternak babi adalah demam, berkurangnya nafsu makan, babi terlihat lemas.

Pada kulit babi yang terdampak umumnya terdapat bercak merah terutama pada bagian dada, skrotum dan telinga. Dilaporkan juga beberapa kasus dimana babi batuk-batuk hingga kesulitan bernafas. Angka kematian penyakit ini dapat mencapai 100% pada babi di usia muda.

Penyakit ini dapat ditularkan melalui darah, cairan tubuh, dan jaringan tubuh babi yang memiliki konsentrasi virus yang tinggi. Penularan juga dapat terjadi melalui media kandang seperti tempat makan dan tempat minum, serta melalui gigitan nyamuk yang dapat menjadi vektor pembawa penyakit ini.

Babi yang telah sembuh dan tidak memiliki gejala klinis masih memiliki kemungkinan untuk menularkan babi lain yang sehat selama 1 tahun.

Bagaimana Cara Pencegahan Penyakit Ini?

Pencegahan ASF dapat dimulai dengan melakukan biosecurity yang baik. Kontrol ketat terhadap hal-hal yang mampu berpotensi menjadi vektor penyebaran seperti pergerakan orang yang aktif disekitar kandang, sanitasi alat-alat kandang yang digunakan, keluar masuknya hama yang mampu menjadi vektor penyakit, dan kontrol air yang baik agar tidak terjadi kontaminasi.

Peternak babi diharapkan melaporkan kejadian dalam peternakannya apa bila terdapat kasus muncul. Dalam hal terjadinya wabah yang menyebar dalam peternakan, diperlukan adanya pembasmian babi yang terjangkit dan melakukan desinfeksi keseluruhan kandang. Hingga saat ini belum ada vaksin ataupun pengobatan yang dapat diberikan untuk mencegah dan mengobati ASF. (rls/iyo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *