Luar Biasa! Dalam Kondisi Stroke Budi Uey Tetap Mendongeng

Sri Mulyo
Luar Biasa! Dalam Kondisi Stroke Budi Uey Tetap Mendongeng

TERASTANGERANG– Budi Sabarudin atau yang biasa disapa dengan panggilan Budi Uey seorang seniman asal Bandung Jawa Barat, tetap semangat menjalankan hobinya untuk terus mendongeng.

Iya, meski dalam keadaan sakit stroke pria yang juga telah berhasil menulis beberapa buku menarik ini masih mampu mendongeng (monolog dongeng) di Aula SMKN 2 Kota Tangerang, Sabtu (27/8/22) siang.

“Awalnya, undangan mendongeng itu mau saya tolak. Namun memiliki kesempatan mendongeng dalam keadaan tidak normal, bagi saya sungguh menyenangkan dan patut disyukuri juga,” kata Budi.

Aksi pendongeng Budi Uey di hadapan penonton

Budi tampil dalam acara Bincang-Bincang Bahas Sastra (B3S) yang digagas Pengurus Duveta SMKN 2 Kota Tangerang dengan membawakan dongeng ‘Raja Tua dan Biji Benih Pohon’.

[bacajuga berdasarkan="category" judul="Baca Juga:" mulaipos="0" jumlah="1"]

“Sebelum pentas, dada saya sempat berdebar-debar karena selama 3 tahun (covid-19 ditambah sakit stroke) saya belum pernah mendongeng lagi. Berhenti total. Saya khawatir jatuh. Tapi Allah masih melindungi dan menyayangi saya. Subhanallah,” ujarnya.

Sebelum pentas, kata Budi, aula sekolah ia beri energi dengan bismillah dan dzikir sholawat dalam hati.

“Alhamdulillah, saya merasa lebih tenang lebih yakin, lebih kuat hingga pentas monolog dongeng saya lancar,” ungkapnya.

[bacajuga berdasarkan="category" judul="Baca Juga:" mulaipos="1" jumlah="1"]
Ratusan penonton saksikan aksi pendongeng Budi Uey

Ia juga mengaku heran dan kaget bisa monolog dongeng saat sakit stroke?

“Jawabnya karena kuasa Allah semata. Tak hanya itu, selama 30 menit saya monolog dongeng, lebih dari 100 penonton saya buat menjadi ambyaaar, ” kata Budi.

Mendongeng dengan pendekatan seni pertunjukkan (Monolog dongeng) sengaja ia pilih karena pendekatan ini belum dikembangkan oleh para pendongeng.

Umumnya pendongeng-pendongeng di negeri ini menggunakan pendekatan ventriloquism. Akibatnya pola mendongeng menjadi seragam.

“Saya menolak penyeragaman mendongeng seperti itu. Saya tak mau terjebak. Sebagsi personal, saya harus merdeka dalam mendongeng,” pungkasnya. (T1)

Pos terkait