Terastangeeang.com, Tigaraksa,- Penyakit batu empedu (cholelithiasis) merupakan kondisi di mana terjadi pembentukan batu di dalam kantong empedu. Batu empedu dapat terbentuk dari kolesterol, bilirubin, atau garam kalsium.
Faktor yang dapat mempengaruhi penyakit empedu biasanya kadar kolestrol tinggi, kadar bilirubin tinggi, pencernaan yang tidak seimbang dan faktor genetik.
Kondisi ini yang dirasakan dari keluarga Rini Hutasoit (31) yakni ibunda yang mengalami penyakit batu empedu pada beberapa tahun silam. Sang ibu berjuang dalam melawan penyakitnya dengan mengandalkan Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
“Ibu saya berdomisili di Sumatera, sedangkan saya di Tangerang. Saat saya mendengar kabar bahwa ibu sakit, saya segera memastikan kepesertaan JKN nya aktif. Puji Syukur saat itu masih aktif dan saya segera meminta bantuan kepada kerabat yang berada di Sumatera untuk dapat membawa ibu saya ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat untuk dapat segera ditangani. Mendapat kabar bahwa kondisinya masih belum stabil, saya menyetujui agar ibu saya dapat dilanjutkan rawat inap di rumah sakit yang telah dirujuk dari faskes tersebut, untungnya proses administrasi yang dilalui tidak rumit dan terbilang mudah serta cepat,” tutur Rini saat ditemui pada Jum’at (29/10/24).
Penyakit batu empedu tidak bisa dianggap remeh, bagi sebagian orang yang memiliki penyakit batu empedu mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, namun ketika batu tersebut menyumbat saluran empedu, gejala juga dapat muncul.
Contoh gejalanya seperti nyeri hebat di perut bagian atas atau kanan, nyeri yang menyebar ke punggung atau bahu kanan, mual dan pencernaan yang tidak nyaman, terutama setelah mengkonsumsi makanan berlemak. Ibunda Rini telah mengalami gejala tersebut selama beberapa waktu ke belakang, sehingga membutuhkan perawatan yang lebih intensif. Rini menjelaskan bahwa agar dirinya dapat memantau kondisi sang ibu dengan baik, akhirnya Rini memindahkan perawatannya dari Sumatera ke Tangerang.
“Sebagai seorang pekerja, tidak memungkinkan bagi saya apabila harus izin secara terus menerus untuk pulang ke Sumatera. Saya memutuskan untuk melanjutkan perawatan ibu saya ke Tangerang agar mudah terjangkau. Sebelumnya saya juga memanfaatkan Aplikasi Mobile JKN untuk dapat melakukan perubahan faskes ibu dari Sumatera ke Tangerang. Tidak membutuhkan waktu lama, saya dapat merubah faskes melalui Aplikasi Mobile JKN, lega sekali rasanya proses yang dilalui sangat mudah. Di era digital seperti ini, saya merasakan Program JKN terus menerus berupaya untuk memudahkan banyak masyarakat dengan peningkatan kualitas layanan yang baik,’’ cerita Rini.
Sang ibunda akhirnya melanjutkan pengobatannya di salah satu rumah sakit Tangerang. Rini menjelaskan bahwa awalnya dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu pada dokter bedah, kemudian dinyatakan batu empedu yang berada pada tubuh ibunda sudah cukup besar, sehingga pihak medis menyampaikan bahwa perlu adanya tindakan operasi segera agar penyakit yang diderita ibunda dapat sembuh.
Semua proses yang dijalani berjalan lancar hingga hanya membutuhkan kurang dari seminggu untuk sang ibu menjalani rawat inap pasca operasi. Rini terus memanjatkan rasa syukurnya akan kesembuhan sang ibunda yang kini sudah semakin pulih, Rini juga mengakui bahwa kesembuhan ibunya berkat pertolongan Program JKN.
“Selama saya memanfaatkan Program JKN, tidak ada biaya sepeserpun yang saya keluarkan untuk pengobotan ibu saya. Proses administrasinya mudah, dan tidak adanya berkas yang harus difoto kopi. Apalagi belum lama ini saya mendapatkan informasi bahwa saat ini berobat dapat menggunakan KTP saja atau KIS (Kartu Indonesia Sehat) digital melalui Aplikasi Mobile JKN. Saya yakin dan percaya bahwa Program JKN kedepannya akan semakin lebih baik lagi dan dapat menjangkau seluruh masyarakat Indonesia agar banyak yang dapat tertolong,”tutup Rini. (*)